Wednesday 20 June 2018

Kaum nyinyir

Sekumpulan kaum nyinyir
Saya tau ketika isi amplop thr saya di nyinyirin orang. Oh kok cuma segitu ya isinya, si A aja segini. Mulai deh membandingkan. Saya kasih tau ya, saya kerja keras buat keluarga saya. Itu utamanya. tapi ketika saya bisa memberikan rejeki saya ke orang lain segitu, saya anggap itu bonus dari Tuhan. Mengenai berapa banyak saya bisa kasih ke orang itu urusan saya dan hak pribadi saya. Dan yang jelas saya menyesuaikan dengan isi dompet saya artinya ya memang segitu kemampuan saya.
Saya gak akan kasih Anda anda semua dengan nilai yg fantastis agar supaya saya dapat pujian dari Anda Anda. No way. Saya gak haus pujian. Saya dapat pujian tapi sehabis itu saya ngutang kemana kemana? Sori yaa. Saya gak kayak kalian.
Mending saya kasih dikit tapi ikhlas, yaah walaupun masih tetap di katain 😑
Saya gak akan hidup dalam kepura puraan. Pura pura kaya, pura pura tajir, supaya dpt pujian sekampung, supaya dipandang orang, isi amplop thr buat dibagi tebal tapi habis itu mau beli tiket aja nggak sanggup, ngutang kemana2.
Yaah, jadi ya berusahalah untuk menahan diri untuk tidak nyinyir mengenai isi amplop orang, pemberian orang.
Kamu gak tau kan  gimana orang itu berusaha agar uangnya yg sedikit bisa cukup utk dibagi2? Kamu pikir yg dibagi kalian doang?
Udah ngasih aja di nyinyirin, apalagi nggak ya? Habis saya dikatain. 😌😌

Wednesday 13 June 2018

Not Hiring Woman with Gaps

Hiring managers: if you are NOT HIRING WOMEN with gaps on their resumes due to child caring, you are making a big mistake. It is not the gap in their employment that is the problem, but the gap in your own judgment. 
1)    Gaps in resume do not mean gaps in talent, dedication, passion, loyalty. 
 2)    If a woman has an employment gap due to raising a child, that does not mean she has forgotten any of her skills. 
3)    Caring for a child is hard work, and should NOT be even counted as a gap at all – just like looking for work is hard work, too.
 4)    Women returning to workforce are very  loyal to their employers who hire them, - according to studies. 

 Shocker for some: these days more and more dads take career breaks to care for children. The above applies to these stay-home dads, as well. They have even harder time explaining their break to their employers. “I stayed at home to care for our two children” writes one dad. “When I tried to explain this to a recruiter, he asked ‘Don’t your children have a mother?’ I told him that raising children is the responsibility of both parents!” Please do not overlook resumes of people with gaps in employment.  The talent is a terrible thing to waste ! Agree ?

https://www.linkedin.com/feed/update/activity:6411997211210641408/

Monday 4 June 2018

Gagal Fokus

Seorang Guru menuliskan ini di papan tulis : 
5 x 1 = 7 
5 x 2 = 10 
5 x 3 = 15 
 5 x 4 = 20 
5 x 5 = 25 
 5 x 6 = 30 
5 x 7 = 35 
 5 x 8 = 40 
5 x 9 = 45 
5 x 10 = 50 

Setelah selesai menulis dia balik melihat murid-muridnya yang mulai tertawa menyadari ada sesuatu yang salah. Pak gurupun bertanya : "Mengapa kalian tertawa?" Serentak mereka semua menjawab : "Yang nomor satu salaaaahhh Paaakk!" (tertawa bareng). Sejenak Pak guru menatap muridnya, tersenyum menjelaskan :
 "Saya memang sengaja menulis seperti itu agar kalian bisa belajar sesuatu dari ini. Saya ingin kalian tahu, bagaimana dunia ini memperlakukan kita. Kaliankan sudah melihat bahwa saya juga menuliskan hal yang benar sebanyak 9 kali, tapi tak ada satupun kalian yang memberi selamat. Kalian malah lebih cenderung menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan. Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal yang baik bahkan yang kita lakukan ribuan sekalipun. Hidup ini justru akan selalu mengkritisi kesalahan kita, bahkan sekecil apapun yang kita perbuat. Ketahuilah anak-anakku : "Orang lebih dikenal dari satu kesalahan yang ia perbuat, dibandingkan dengan seribu kebaikan yang ia lakukan". Semoga dari kesalah
an kita bisa memperbaiki diri lebih baik lagi.