Monday 30 April 2018

Latar belakang Pendidikan

Sebenarnya, yang sepanjang waktu membawa misi terpenting & hasil pendidikan itu adalah kita pribadi, bukan institusi pendidikannya. Apapun latarbelakang akademik & apapun nama besar institusi pendidikan yang pernah kita nikmati, masyarakat melihat KITA-nya terlebih dahulu. 

Jika kita banyak berbuat baik bagi masyarakat, fokus penghargaannya adalah pada orangnya terlebih dahulu. Jika kita brengsek pun, kutukan lingkungan langsung tertuju pada kita, bukan pada sekolah / kuliahan yang pernah kita jalani. 

Maka, kalo sejak awal kita udah menilai orang berdasarkan akademiknya terlebih dahulu, hasil penilaiannya akan bias, karena akan muncul ekspektasi tertentu yang justru gak relevan dengan karakter asli orang itu. "Loh, kamu kan sekolah di A, seharusnya kamu pinter dong..." "Loh, kamu kan kuliah di B, seharusnya kamu bisa kerja dong..." Inilah bias yang fatal di dunia kerja, bisnis dan korporasi; khususnya dalam hal rekrutmen... Hanya sekitar 5-10% saja bidang2 pekerjaan yang membutuhkan nama baik alma mater tertentu.

 Selebihnya, sangat bergantung dari karakter, reputasi, kompetensi dan etika kerja yang kita miliki. Selalu jagalah nama baik keluarga, alma mater, dan perusahaan tempat kita bekerja; melalui pemikiran, kata2, perbuatan dan sumbangsih terbaik kita pada masyarakat.


Source : https://www.linkedin.com/feed/update/urn:li:activity:6396558552781152256

Tuesday 24 April 2018

Wednesday 18 April 2018

Diam

"perangai diam adalah lisan kebijaksanaan"

Hilm mungkin bisa juga saya artikan kesahajaan, kehati-hatian, bener gak?

Pelajarannya:
Tidak harus kita berkomentar dalam segala hal, karena segala hal mustahil kita ketahui semua.

Kapankah kita bilang : maaf, tidak tahu, saya salah dll terakhir kali?

khat: ust. motha Al Ubaidi

Assumption is a crime

Paling males ngeliat orang hobi asumsi dan menduga duga, terus disebarluaskan ke orang luar seolah olah itu benar dan nyata. Ingat yaa, asumsi atau menduga duga terkadang bisa mengarah ke fitnah, kasian kan kalo temen kita yang jadi korban asumsi.
Contoh:
A: Mbak, tau nggak si nganu itu kliatannya gak normal deh orientasi sex nya. 
B: Tau dari mana lo?
A: Ya taulah dari cara ngomongnya, dari pandangan matanya bla bla whatsoever, dan dia tuh kelihatannya sedang naksir si X loh.
B: Ah, masak sih?
A: ya taulah mbakk, temen temen saya tuh model nya gitu semua jadi tau si nganu tuh normal atau nggak

Itu baru satu kasus.
Syerem kan. Orang udah bisa narik kesimpulan dari hanya dugaan, dari kata KELIHATANNYA. Dan dia cerita kemana kemana dengan sedemikian rupa sehingga sampai akhirnya orang orang jadi percaya dan menanggap itu fakta.
Dan akhirnya si nganu itu dicap gak normal. Padahal dia normal senormalnya 😢. Kasian kan...
Stopp assuming,

Tunggu kasus ke 2
Mau ngetik tapi dongkol hahaha

Sunday 8 April 2018

Jangan jualan ke orang terdekat 😢

Jack Ma CEO AliBaba.com - pernah berkata, “ketika berjualan ke teman dekat dan keluarga, berapapun yang Anda jual ke mereka, mereka akan selalu berpikir, Anda sedang mencari untung dari uang mereka. Dan semurah apapun Anda jual ke mereka, mereka tetap tidak menghargainya.”
Selalu ada saja orang-orang yang tidak peduli dengan biaya, waktu, dan tenaga Anda. Mereka lebih baik memilih ditipu oleh orang lain daripada membiarkan Anda mendapatkan hasil dari mereka, lalu mendukung seseorang yang mereka kenal. Karena di dalam hati mereka, mereka selalu berpikir berapa untung yang dia dapat dari saya? Bukannya berpikir berapa yang telah dia bantu hematkan atau bantu hasilkan untuk saya?
Ini adalah contoh klasik mental yang miskin!!
Sering ketika kita jualan kepada teman dekat, tapi mereka tidak menghargai , seperti itu jawabannya kata Jack Ma –> Mental Miskin .
Bagaimana caranya orang kaya menjadi kaya? Alasan utama adalah karena mereka bersedia mendukung bussines associate mereka, menjaga kepentingan satu sama lain, maka secara alami mereka mendapatkan lebih banyak lagi.
Teman-teman Anda akan secara bergantian mendukung Anda. Maka lingkaran kekayaan ini akan terus bertumbuh dan semakin bertumbuh.

Sederhananya, kamu akan mulai menjadi kaya ketika kamu memahaminya.
Jack Ma berkata, “ketika melakukan penjualan, orang pertama yang akan mempercayai Anda adalah orang asing. Teman Anda akan menutup diri dari Anda. Teman biasa akan menjauh dari Anda. Keluarga akan memandang rendah Anda.”
Ketika suatu saat Anda telah sukses, Anda akan membayar semua tagihan ketika makan malam bersama, entertainment, dan disitu Anda akan menyadari semua orang akan hadir, kecuali orang asing.
Apakah Anda sudah paham?
Kita perlu memperlakukan orang asing lebih baik lagi! Dan demikian juga kepada teman yang tahu apa yang Anda lakukan, tetapi tetap mendukung Anda.
Mari memperlakukan orang asing yang membeli dari kita lebih baik lagi mulai hari ini. Karena mereka adalah pelanggan terbaik Anda.
dicopy dari redaksi9dotblogspotdotcom

Monday 2 April 2018

Ada nggak tempat kerja yang nyaman?

Menurut ngana sekalian, ada nggak sih tempat kerja yang nyaman dan enak yang sesuai dengan keinginan kita?
Mau tau pendapat saya? Menurut saya tidak ada tempat kerja yang 100% persen nyaman dan enak. Kalo ada yang bilang ada, bullshit sih menurut saya.
Banyak hal yang memicu ketidaknyaman disebuah tempat kerja. Yaah mulai dari faktor lingkungan kerja itu sendiri, faktor atasan, faktor rekan kerja kita yang mungkin kita ngerasanya kurang cocok, kemampuan kerja kita yang ternyata sangat berlebih untuk perusahaan sekelas itu(kibas rambut) dll.
Tapi tentunya sebagai orang dewasa dan pekerja yang profesional, selain kompetensi atau kemampuan, kita juga di tuntut untuk dapat mengendalikan sikap dan emosi (kematangan bersikap).
Yaa, yang terakhir itu tidak kalah penting menurut saya. Kematangan bersikap. 

Suatu ketika ada seorang staf kita yang tau tau pulang lebih awal, dan besok tidak masuk kerja tanpa info. Setelah ditelusuri, ternyata dia ada konflik dengan atasannya. Setelah saya WA saya tanya kenapa gak masuk dsb, dia jawab dengan santainya bahwa perasaannya masih gak nyaman and whatsoever.
Whatttt? Are you  kidding me? Langsung saya telpon staff bersangkutan karena saya gak puas dengan jawaban via wa.
Saya bilang, kok enak ya gara2 perasaannya masih gak enak gegara konflik dengan atasannya, jadinya bisa gak masuk tanpa info. Gara2 perasaanya yang masih tidak enak itu, satu department harus sibuk ngatur skejul lagi, harus mengorbankan skejul teman lain.
Saya juga mau dong kayak begitu, kalo habis dimarahin bos, besok mau libur aah, habiss perasaan saya masih gak enak sih.
Emang boleh ya gitu?
Bener bener tidak mature dengan posisi dilevel supervisor seperti itu.
Ketika kita tanda tangan kontrak kerja disuatu perusahaan, kita sudah tahu dan harus  dapat bertanggung jawab dengan segala isi kontrak dan tunduk pada peraturan perusahaan yang ada.

Di dunia kerja, sangat wajar bila terjadi konflik, baik itu sesama karyawan, karyawan atasan bahkan atasan dengan para BOD. 

Jadi jika kita menuntut tempat kerja yang super nyaman dan zero konflik, menurut saya nonsense. 
Biar perusahaan itu punya nenek kita sendiri pun, yang namanya konflik pasti ada dan macem macem. 

Sekarang tinggal gimana kita menyikapin masalah tersebut. Apa kita mau membesar besarkan masalah tersebut, apa kita mau menurutkan ego kita.

Sikap yang paling penting dalam mengatasi konlik khususnya dengan rekan kerja adalah memiliki sikap toleransi. Cara mengatasi masalah di tempat kerja yang paling tepat adalah dengan membesarkan sikap toleransi dalam diri anda.

Pahamilah bahwa setiap orang memiliki pribadi yang berbeda, ada diantara mereka yang memiliki kepribadian hampir sama dengan kita sehingga untuk menjalin hubungan yang baik pun akan sangat mudah.


Lain halnya dengan mereka yang memiliki kepribadian jauh berbeda dengan kita, maka besar kemungkinan untuk terjadi masalah pun lebih besar. Hanya bagaimana keduanya saling membesarkan sikap toleransi dalam diri masing-masing untuk mampu mengatasi masalah ini.

Saya aja kalo mau menurutkan ego , alangkah banyaknya saya bisa menciptakan musuh-musuh baru. Ada beberapa hal atau masalah yang saya bisa atasi dengan cara mengalah, tapi ada juga beberapa hal yang saya merasa perlu untuk sedikit adu argumen

Terus terang, saya juga masih dalam proses belajar mengendalikan emosi dan ego.
Sometimes bisa kelepasan, sometimes bisa ngalah(walau dalam hati gondok setengah mati) hehe, tapi demi kebaikan bersama kadang lebih  baik ngalah.

Jadi menurut Ngana sekalian, ada nggak tempat kerja yang nyaman?