Jika dulu untuk mencari kerja harus memiliki cover letter
dan CV yang memuaskan, kualifikasi yang sesuai, dan akses besar ke
informasi lowongan kerja, maka saat ini ada tambahan satu hal yang juga
harus diperhatikan, yaitu konten social media yang pernah dipublish untuk publik.
Mengapa hal ini menjadi satu penting yang harus
diperhatikan? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh CareerBuilder.com
menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan merambah ke social media
untuk melakukan background check terhadap calon karyawan mereka.
Sebesar 45% dari perusahaan ‘melongok’ social media sebagai salah satu
cara bahan pertimbangan atau screening terhadap calon karyawan.
Sebuah peningkatan sebesar 100% setelah setahun sebelumnya hanya 22%
dari perusahaan yang melakukan hal ini.
Bagaimana di Indonesia
Pandangan Perusahaan
gambar dari Google
Mungkin hal yang sama tidak terjadi di Indonesia. Rasanya belum terlalu banyak human resource department perusahaan yang berniat melakukan background check
hingga ke social media. Kebanyakan masih melakukannya dengan bantuan
referensi yang disertakan dalam surat lamaran. Akan tetapi mengingat
besarnya pengguna situs jejaring pertemanan di Indonesia seperti Facebook, Twitter, LinkedIn, MySpace, YouTube, tinggal menunggu waktu hingga HRD mulai searching
nama calon karyawannya di Facebook untuk menilai atau mengetahui lebih
jauh tentang calon tersebut. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa
sayangnya, para pencari kerja justru
sering kali mengabaikan konten social media mereka, dengan pertimbangan
bahwa tidak akan memberikan pengaruh bagi penilaian sebagai seorang
karyawan. Well, they are proven wrong.
Beberapa alasan yang membuat manajemen enggan mempekerjakan calon karyawan karena konten social media mereka antara lain :
- Kandidat memposting konten tentang kebiasaan minum atau menggunakan obat-obatan.
- Kandidat menjelek-jeleknya perusahaan tempat ia bekerja dulu.
- Kandidat membuat komentar yang berbau SARA atau diskriminatif
- Kandidat berbohong tentang kualifikasinya.
- Kandidat memposting informasi dari perusahaan tempat ia pernah bekerja.
Lalu bagaimana dengan Anda yang sedang dalam proses mencari kerja? Apakah Anda harus ‘puasa’ update status dan memajang foto-foto di akun Facebook? Atau berhenti Twitting
sementara sampai ada kepastian? Tentunya tidak sejauh itu. ‘Toh
bersosialisasi di dunia maya adalah hak Anda. Rasanya Anda pasti setuju
kalau sebenarnya selama kompetensi dan kinerja Anda memuaskan,
pertimbangan berdasarkan kegiatan personal Anda tidak bisa dijadikan
alasan untuk batal mempekerjakan Anda. Anda hanya perlu memperhatikan
beberapa hal untuk menampilkan reputasi dunia maya yang positif,
diantaranya:
- Perhatikan album foto online Anda di Facebook, atau tempat lainnya. Hapus foto yang bisa merusak reputasi Anda.
- Jangan memamerkan hal-hal negatif ke dunia luar. Fokuskan kepada hal positif, baik yang berhubungan dengan dunia professional maupun personal.
- Cobalah untuk membuat grup khusus untuk profesi Anda atau bergabunglah dengan professional group yang ada di FB atau media lainnya. Ini salah satu cara menjalin hubungan dengan para pemimpin, rekruter atau sesama profesi.
- Selektif menerima teman. Hanya karena orang meng-add Anda sebagai friend bukan berarti Anda harus selalu menerimanya. Anda tidak akan pernah tahu siapa dibalik nama di FB atau Twitter.
- Jika Anda masih bekerja atau terikat dengan perusahaan tertentu, jangan membeberkan pencarian kerja Anda di dunia maya. Bukan tidak mungkin manajemen tempat Anda bekerja sekarang mengetahui hal tersebut dan menilai rendah loyalitas Anda.
gambar dari Google
No comments:
Post a Comment