Sunday, 31 December 2017

Pribumi dan Non Pribumi

MASALAH PRIBUMI DAN NON PRIBUMI

Ini adalah soal orang-orang yang merasa bahwa Islam dan kaum muslim masih dipinggirkan, dizolimi. Ini adalah soal orang-orang yang menganggap orang Kristen itu musuh. Ini adalah soal orang-orang yang menganggap Indonesia sedang dan akan dikuasai Cina.

Soal Islam yang dipinggirkan, sebenarnya umat Islam itu kurang apa sih? Kementerian Agama itu hampir 100% kegiatannya melayani kebutuhan umat Islam. Lalu ada pengadilan agama, yang khusus melayani umat Islam. Ada badan amil zakat, juga untuk umat Islam.

Tahu nggak bahwa anggaran Kementerian Agama itu sebesar 62 T, nomor 3 terbersar, setelah Kementerian Pertahanan dan Kementerian PUPR? Untuk apa? Sebagian besarnya dinikmati umat Islam.

Jadi apa yang kurang? Yang kurang adalah rasa terima kasih kepada negara dan pemerintah.

Masih ada orang Islam yang belum puas kalau negara ini tidak ditata sesuai kehendak mereka. Mereka ingin pakai aturan Islam, semua dipegang orang Islam, yang non muslim jangan menonjol. Mereka tidak ingin hidup saja, tapi mereka ingin menguasai.

Lalu, ini juga soal orang-orang yang menganggap Kristen itu adalah musuh. Mereka meyakini bahwa Kristen tidak akan pernah diam, sampai mereka menguasai umat Islam. ( QS Tak henti2nya Nasrani mempengaruhi kamu spy mengikuti mrk ).

Apa salah orang Kristen? Mereka menzalimi umat Islam. Kapan? Itu waktu Perang Salib? Ha? Itu perang antara orang Arab dengan orang Eropa. Kenapa kita ikut? Mereka, orang-orang Arab itu tidak pernah peduli dengan sejarah kita, kok.

Tapi, itu penjajah Belanda kan Kristen? Oh ya? Kalau penjajah Jepang itu apa? Tahu tidak, Turki itu juga menjajah Arab. Muslim menjajah muslim. Kau menyebutnya khilafah islamiyah. Prinsipnya imperium besar, seperti gagasan yang Asia Raya yang dibawa Jepang. Bedanya, Jepang tidak menjual Tuhan mereka pada kita, atau jualan Tuhannya tidak laku.

Karena merasa terjajah itulah negara-negara Arab kemudian memberontak terhadap Turki, lalu memerdekakan diri.

Penjajahan itu soal suatu bangsa ingin menguasai bangsa lain. Ia tidak membawa kepentingan agama. Ingat, orang-orang Kristen juga berjuang melawan penjajah, untuk memerdekakan diri bgtu jg org Tionghoa.

Cina menguasai ekonomi, kata mereka. Eh, ada Bakrie, Chairul Tanjung, Kalla, dan masih banyak lagi. Mereka bukan Cina, tapi juga menguasai ekonomi. Jadi, siapa yang menguasai ekonomi? Yang bekerja keras.

Pada akhirnya, ini adalah soal orang-orang yang tidak bernalar dengan benar. Tidak paham agama, tidak paham sejarah, tidak berpikir. Bahkan juga tidak bekerja. Orang-orang yang kalah dalam persaingan kehidupan, lalu sibuk menyalahkan orang lain.

Saat orang-orang bekerja, mereka berdemo. Lha, kapan kau akan menguasai ekonomi kalau kau tidak bekerja.

Jadi muslim disurupi 3 Syetan:

1. Syetan IRI dengki kpd orang Tionghoa yg ulet dan terus menyalahkan org lain. Lalu menciptakan hantu komunis dimana mrk tdk tau bhw komunis justru memperhatikan org kecil dan menolak penjajahan. China memproduksi brg2 murah dgn semangat "komunis" yg mengantarnya sejajar dgn Amerika.

2. Syetan Kebencian muslim kpd org Kristen jg dipengaruhi oleh BACAANnya. Maaf apa yg dibacanya tdk boleh dishare krn akan dituduh menghina agama.

3. Syetan Kebodohan. Mrk tdk pernah mempelajari sejarah dengan baik bhkn menganilis kebenaran2 bacaannya. Mempercayai hoax dan provokasi dgn bgtu mudah bahkan berdoa sbb:


Oleh: Kang Hasan

Saturday, 30 December 2017

Belanja di warung pribumi

Tadi pagi saya belanja di pasar, beli bahan buat masak siang. Pertama beli ikan kakap. Penjualnya orang Batak. Istrinya Jawa. Terus, di tukang ikan lain saya beli ikan juga, untuk dibakar. Yang jual orang Sunda, istrinya Madura. Beli kelapa parut, yang jual orang Banten, tapi pemiliknya orang Minang. Beli bumbu sama orang Minang juga. Lalu beli sayur, genjer dan tauge, yang jual Sunda. Beli Mangga, yang jual Jawa. Kemudian beli telur, yang jual Cina.

Saya kebetulan tahu suku-suku penjual itu, baik dari logat maupun dari wajahnya. Tapi saya membeli barang mereka karena butuh. Saya belanja pada mereka karena mereka menyediakan kebutuhan saya.

Itu alasan waras untuk belanja.

Saya tidak pernah tahu apa agama mereka. Batak penjual ikan itu entah Islam atau Kristen. Uda penjual bumbu itu mungkin Islam, tapi mungkin juga bukan, karena bulan puasa sering saya lihat dia merokok. Koko penjual telur itu bisa jadi Kong Hu Cu, Kristen, Buddha, atau Islam.

Saya tidak pernah mau tahu apa agama mereka, karena bukan urusan saya. Saya belanja karena mereka menjual kebutuhan saya.

Ada orang-orang yang berkampanye untuk belanja pada orang pribumi saja, atau pada muslim saja. Bagaimana caranya? Tanya dulu agama penjualnya? Periksa KTP-nya? Lha, bagaiman kalau ternyata dia cuma Islam KTP?

Ada orang-orang yang mau hidup dengan cara yang pelik. Ketahuilah, mereka tidak sedang menjalankan ajaran Islam. Islam tidak mengajarkan hal-hal seperti itu. Mereka sedang menjalankan ajaran kebodohan.

By Hasan Abdulrahman

Thursday, 28 December 2017

BERITA HOAX

Dikabarkan Erdogan, Raja Salman dan Sultan Hassanal Bolkiah telah melakukan pertemuan rahasia di Istanbul Turki untuk membahas penolakan Ust. Abdul Somad saat berkunjung ke Hongkong.

Dikabarkan bahwa tiga kepala negara tersebut telah memutuskan segala hubungan diplomatik dengan Hongkong dan mengusir Dubesnya di masing2 negara. Ketiga negara tersebut juga mengumumkan akan memboikot besar-besaran seluruh produk Hongkong dan mengusulkan ke Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi invasi militer ke Hongkong karena negara tsb telah berbuat zalim.

Tiga negara tsb juga ternyata bukan hanya mengancam Hongkong, tapi juga mengancam akan mengirim armada militer besar-besaran untuk menyerang Istana Negara di Bogor karena Presiden Jokowi dianggap tidak mampu melindungi ulamanya.

Tiga negara tsb kini sedang melakukan latihan militer terbesar sepanjang sejarah yang bernama 'North Thunder' yang melibatkan ribuan Kapal Perang, Tank dan Jet Tempur dan mengultimatum jika dalam 1 x 12 jam Hongkong tidak meminta maaf pada sang ustadz maka seluruh armada tempur akan dikerahkan untuk menginvasi Hongkong dan menegakkan Khilafah disana. #InfoValid

Diatas adalah contoh berita yang apabila anda share di page-page para sumbu pendek akan mendatangkan ribuan like, puluhan ribu share, serta komen "Subhanallah", "Masya Allah" beserta Takbir tak henti-henti dari para penikmat micin 3 sendok makan/hari.

Tidak lupa di ujungnya akan ada komen hujatan, "Ini sebenarnya Presiden kita siapa sih? Kok pemimpin2 negara lain lebih peduli sama ulama islam daripada presiden sendiri."

Cobalah!

#by Ahmed Zain

Level keidiotan

Tidak semua orang dilahirkan cerdas. Namun tidak cerdas tidak bisa menjadi alasan bagi anda untuk menjadi seorang idiot. Dan cara pertama untuk mengukur kadar keidiotan otak anda adalah periksa apakah anda mempercayai berita yang dishare page2 berbau 'islami' bahwa Sultan Hassanal Bolkiah memboikot seluruh bisnis Hongkong di Brunei karena Abdul Somad dideportasi Hongkong.

Jika anda tidak lulus tahapan ini, dipastikan anda tak perlu mengikuti tes berikutnya. Karena level keidiotan anda sudah dipastikan berpredikat 'summa cum laude'.

By Ahmed Zain Oul Mottaqin

Wednesday, 27 December 2017

Jailangkung

JALANGKUNG

Lucu juga membaca berita statemen dari ketua MPR, yang meminta pemerintah menjelaskan terkait alasan penolakan pak Somad masuk ke Hongkong.

Ada kesan, kejadian ini sengaja dimanfaatkan untuk menyudutkan pemerintah.

Tapi baiklah, sekarang saya mau tanya. Emang pak Somad itu siapa? Pejabat pemerintah, bukan? Atau dia utusan pemerintah yang bertugas untuk dakwah ke Hongkong? Kan bukan! Justru dia sangat sombong karena telah menolak undangan Presiden Joko Widodo.

Kalau pak Somad pergi ke HK untuk urusan pribadinya, ngapain pemerintah suruh menjelaskan? Hak setiap negara juga untuk menerima atau menolak, termasuk menolak pak Somad yang ganteng dan mancung itu.

Sudahlah, gak usah 'digoreng' kejadian ini untuk menyudutkan pemerintah. Anggap saja ini kualat, karena sebelumnya telah sombong menolak undangan Presiden. Udah gitu nolaknya pakai pengumuman di depan para jamaah. Biar terlihat hebat?

Kok sekarang sudah kayak Jalangkung, datang tak dihantar pulang tak dijemput. Kini para kurcacinya sibuk merengek-rengek mintak bantuan pemerintah. Emang gak punya kaca, ya?

By Yusuf Muhammad

Monday, 18 December 2017

PAMER RANKING PUTRA PUTRI KITA

Bulan Desember adalah penerimaan raport buat para putra-putri  kita. Saya ikut bahagia di hari yang ceria ini buat anda semua. Ijinkanlah saya memberi sudut pandang yang mungkin bermanfaat untuk kita semua.

1. *BERHENTILAH memamerkan ranking puta-putri anda!*
Yang TERPENTING dari Pendidikan itu BUKAN ranking. Hakekat dari pendidikan itu adalah menjadikan anak anda:
• mencintai aktivitas membaca untuk mencari pengetahuan
• bisa berpikir logis
• tahu nilai-2 benar & salah
• mampu mengembangkan bakatnya, dan
• punya semangat juang untuk mewujudkan apa yang dia inginkan secara disiplin & konsisten.

2. *BERHENTILAH anda menjadikan ranking putra-putri sebagai kunci dari keberhasilan !*
Ketika kita menjadikan ranking sebagai bukti keberhasilan pada anak kita, dampak terbesar adalah pada titik itulah kita berfokus. Kenyataannya TIDAK !!
• Saat anak anda mencintai membaca maka mereka menguasai banyak pengetahuan, tidak peduli apakah mereka punya ranking baik atau buruk.
• Saat anak anda bisa bepikir logis maka mereka akan mampu membangun visi dan impian mereka. Visi dan impian mereka itu tidak bisa dinilai per semester atau per semester untuk diperbandingkan antara anak satu dengan anak lainnya.
• Saat anak anda tahu mana nilai yang benar dan mana yang salah maka mereka akan punya integritas
• Saat mereka mengenal bakat mereka yang sesungguhnya maka mereka akan mampu menghasilkan karya dan dedikasi yang terbaik
• Saat anak anda punya semangat juang maka itulah kunci sejatinya kesuksesan hidup.
Dan ini semua tidak bisa diranking. Jika anda fokus pada ranking maka anda akan kehilangan nilai-nilai yang hakiki dalam pendidikan. Kalau anda harus kompromi dengan sistem pendidikan sekolah maka “kompromi” anda adalah, usahakan anak anda SELALU naik kelas dan bergairah menjalani aktivitas sekolahnya. Maknai nilai raport anak anda HANYA sebagai SALAH SATU indikator untuk tahu mana titik lemahnya, mana titik unggul dan progress kerjanya sehingga anda bisa tahu di titik mana anda harus membantu anak anda. Sementara sisanya bantulah anak anda untuk cinta membaca, mampu berhitung secara logis, menemukan bakat/kelebihannya, mengajarkan kejujuran dan punya semangat juang pantang menyerah. Proses pendidikan & pengajaran  adalah proses seumur hidup, tidak adil bagi putra-putri anda hanya dinilai dari ranking yang diperolehnya semester ini atau semester yang lalu.

Rizki Nuansa Hadyan
Psikolog & Pemerhati Dunia Pendidikan..*Smoga bermanfaat..🙏🙏..

Monday, 16 October 2017

Saya menolak move on

SAYA MENOLAK MOVE ON

Sebuah pesan masuk ke inbox saya. "Pilkada Jakarta sudah lewat. Ahok sudah dipenjara. Move on, dong," ledeknya. Pesan ini menanggani tulisan saya soal apa untungnya umat Islam dengan kemenangan Anies-Sandi.

Saya gak tahu makna move on yang dimaksud. Mungkin dia ingin berkata, sudahlah jangan bahas soal Pilkada Jakarta lagi. Segala keributan yang terjadi pada Pilkada sudah selesai. Kini Anies-Sandi akan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur baru. Itulah kenyataannya.

Jika Pilkada hanya sekedar perhelatan politik lima tahunan, saya memang gak mau memikirkannya lagi. Saya setuju perhelatan itu sudah selesai dan kini jakarta memiliki Gubernur baru. Itu faktanya. Bagi saya sendiri yang bukan bagian dari tim sukses, bukan termasuk organ relawan dan bukan warga Jakarta juga, gak ada urusannya terus menerus berkubang dengan menang dan kalah dalam Pilkada yang lalu.

Secara pribadi, kemenangan Anies-Sandi tidak berdampak langsung untuk saya. Jikapun Ahok-Djarot yang menang, tidak ada juga berdampak bagi kepentingan pribadi saya juga. Jadi jika cuma dilihat sebagai permainan politik, mudah saja melupakan segala hiruk-pikuk dalam Pilkada lalu kembali menatap masa depan. Kenyataannya Gubernur baru sudah terpilih. Itu mungkin yang dimaksud dengan move on oleh si pengirim pesan.

Tapi, mengapa saya menolak 'move on' dan terus membahas soal Pilkada Jakarta? Sebab di mata saya ini adalah Pilkada terburuk dalam sejarah. Fitnah dan caci maki diumbar. Agama dijadikan slogan untuk memenangkan pertarungan politik. Rakyat dirobek-robek dalam kubangan kebencian.

Islam sebagai ajaran yang sejuk diubah menjadi slogan kebencian. Bagi saya, bukan soal Pilkadanya. Tapi soal bagaimana usaha memecah belah bangsa ini dilakukan untuk sebuah kekuasaan. Dan itu sangat berbahaya bagi masa depan Indonesia.

Saya tidak akan pernah melupakan itu, sampai kapanpun. Akan saya ingat dan akan terus saya kumandangkan kejadian Pilkada Jakarta agar bagsa ini tidak menjadi bangsa yang kerdil. Agar agama tidak lagi dijadikan tunggangan politik. Agar emosi keagamaan rakyat tidak melulu dibakar yang pada akhirnya merusak kehidupan kita.

Kita tahu, ada strategi yang merusak yang dilakukan hanya demi kemenangan politik saat Pilkada Jakarta. Polisi menangkap penyebar fitnah Saracen, dan kita tahu mereka juga diorder untuk menyebarkan isu pada Pilkada Jakarta lalu.

Mau tahu dampak segala fitnah itu? Rakyat terpolarisasi dalam kubangan kebencian. Orang bisa dengan mudah mengkafir-kafirkan saudaranya. Intoleran dan kecurigaan bertebaran. Intimidasi dimana-mana.

Jadi apa saya harus move on, dengan segala kejadian itu? Tidak! Dan saya merasa tidak akan pernah move on untuk terus megingatkan bahwa cara-cara politik brutal seperti itu sungguh berbahaya buat hidup berbangsa. Bahwa cara-cara seperti itu sama dengan orang yang mau mendapat keuntungan dari kehancuran bangsa ini.

Bagi masa depan bangsa ini resikonya terlalu besar jika dibiarkan begitu saja.

Jika orang berkata saya tidak bisa move on karena kekalahan Ahok-Djarot, sebetulnya saya juga tidak pernah mau move on dengan kasus Pilpres 2014 lalu.  Kita tahu, pada Pilpres 2014 lalu kasus serupa juga terjadi. Fitnah disarangkan pada Pak Jokowi. Yang Jokowi PKI-lah, anak angkat-lah, antek asing-lah. Politik fitnah semacam itu yang belakangan menghiasi hidup kita. Dan tampaknya akan terus dimainkan para kampret.

Jadi bukan soal kalah menang dalam politik yang membuat saya tidak bisa move on. Saya gak mau move on, atau melupakan begitu saja semua strategi politik yang berbahaya bagi bangsa ini. Apalagi tampaknya strategi konyol dan brutal itu mau terus digunakan dalam berbagai perhelatan politik.

Jadi saya menolak move on dan akan terus berteriak soal bahayanya politisisasi agama. Bahayanya fitnah dan adu domba jika dijadikan strategi kemenangan politik. Itu berkenaan dengan masa depan kita. Masa depan anak-anak kita.

"Tapi soal Raisa dan Hamish Daud, sudah move on, kan mas?," tanya Bambang Kusnadi. "Kalau soal Raisa belum move on juga, ayo kita kepung Istana!"

Eko Kuntadhi