Ini adalah tulisan Arham Kendari di kompasiana....
Suka sekali sama tulisan Om satu ini...yaa emang saya lagi muak banget tontonan televisi nasional kita. Rasanya saya udah gak sabar untuk punya uang dan pasang tv kabel ajah. sekarang sama suami paling nonton metro tv, dan on the spot di Trans Tujuh, karena menurut saya cuma dua channel itu yang memiliki tontonan yang bermanfaat. Dulu anak saya si Dzaki(6 tahun), sempet suka banget sama film Naruto, tapi Alhamdulillah pelan pelan saya bisa kasih pengertian..akhirnya dia gak nonton lagi. Cuma si Kak Tara(3 SMP) jaja yang belom bisa berpaling dari Naruto. Paling paling yang di tonton sekarang cuma SpongeBob aja dan Masha sekali sekali atau Curious George. Kalo saya dan suami sekarang juga lagi tergila gila sama Preman Pensiun. Di banding sinteron yang laen, yang ini lebih mendidik. dan kocak lagi...Nyesel pokoknya yang gak nonton. Sama kalo Di bawah Lindungan Aba itu juga bagus tuh..jempol. Kalo yang lain hadehhh...bikin dosa ajah. Apalagi sekarang lagi deras derasnya film impor dari India. ampun dehhhh..Belom lagi acara gosip..ampun dijeeeee...
sebenernya serba salah juga sih, kalau mau pasang TV kabel, saya takutnya anak saya Si Atha(5 tahun) balik lagi kayak dia sebelumnya yaitu ngomongnya bahasa Inggris melulu secara dulu dulu tontonan dia yang berbahasa inggris semua. Setahun belakangan ini kemajuan Atha sudah sangat jauh, kosakata dalam bahasa Indonesia sudah banyak walaupun belom sebanyak anak usia dia. Kalau kabel tv kan bahasa nya bahasa Inggris semua, nanti gagal lagi deh terapi kita hiks hiks..mana si Balqies juga sepertinya telat wicara juga... hiks serba salah. yah kita liat aja nantilah hehehe....
link asli di bawah ini , gambar di copas dari link tersebut... Ide gambarnya menurut saya luar biasa.. mengena sekali.
http://www.kompasiana.com/arhamkendari/inilah-racun-yang-kita-sebut-hiburan-komik-inside_552a97896ea834744e552d4b
Disadari atau tidak, inilah tontonan hiburan yang mengisi hari-hari
kita, sekaligus tuntunan moral bagi putra-putri kita. Maaf, karena
gambar ini saya buat sekadar lucu-lucuan, jadi mohon menyikapinya
jangan dibawa serius. Hehehe.. Sebagian dari kita mungkin tak mau repot,
gemar menyederhanakan masalah, salah satunya dengan mengatakan : "suka,
ya nonton. Gak suka, ya pindahin channel". Atau mengatakan "kuasa di
tangan kita yang pegang remot, gitu aja repot". Ya itu memang solusi,
tapi maaf, itu solusi jangka pendek. Okelah konten yang saya kritisi
berikut dikerjakan oleh tim-tim kreatif dengan proses yang tidak mudah.
Hasilnya juga menafkahi banyak orang. Tapi, bukankah naif rasanya jika
hanya memikirkan nasib orang-orang dibaliknya tapi mengabaikan jutaan
rakyat Indonesia yang mungkin saja resah dan sudah masuk dalam kategori
muak dengan tayangan-tayangan yang kebanyakan pembodohan massif
tersebut? Yang perlu diingat, televisi memancar melalui frekuensi dengan
sumber daya terbatas, ada tanggung jawab dan kode etik yang mengikut.
Jadi jawaban "pindah channel" juga sebenarnya kurang tepat.
Permasalahannya tidak sesimpel suka gak suka atau pindah channel. Kalo
tak empati masalah ini, niscaya kita cenderung jadi masyarakat yang
permisif dan oke-oke saja menerima budaya merusak, membiarkan anak-anak
kita tiap hari dicekoki tontonan orang teraniaya dari segi fisik dan
ucapan. Saya memang cuma bisa mengkritik lewat gambar, tak pandai
membuat program tandingan. Tapi barangkali inilah secuil usaha yang saya
niatkan kiranya bisa memberi andil dalam meperbaiki moral generasi,
setidaknya keluarga saya sendiri sebagai orang terdekat. Tapi lagi-lagi
ini kembali ke diri kita masing-masing sebagai pemirsa. Toh kritikan ini
sekadar pendapat subyektif saya, dan bagaimanapun pendapat manusia
bukanlah ayat ilahi yang tak bisa disangkal kebenarannya. Orang yg
berpikir, niscaya tau mana yang lebih mendatangkan manfaat ataupun
mudharat. *lah, kok malah saya yang bawa serius?* haha..
No comments:
Post a Comment