Untuk kamu nyinyiers,
Kenapa tagihan listrik saya mendadak naik tinggi sekali, padahal saya tidak menambah peralatan dan pola pemakaian listrik saya sama saja? Apakah pemerintah diam-diam menaikkan TDL (tarif dasar listrik)? Pertama, TDL tidak dinaikkan, apalagi dinaikkan diam-diam.
Kenaikan TDL itu dibahas dengan DPR. Jadi mustahil dinaikkan diam-diam. Kedua, tahukah bahwa kenaikan itu disebabkan oleh penyesuain subsidi yang selama ini dinikmati oleh 'bukan orang miskin'? Jika anda punya motor, mobil, rumah kost, usaha, pakai AC, punya kulkas, pakai setrika listrik, bisa piknik sampai luar negeri, bagaimana anda mengklaim sebagai warga miskin yang berhak dapat subsidi listrik? Rumah tangga sederhana yang hanya memakai listrik untuk penerangan dan TV, atau kipas angin dan cukup memakai daya 450VA masih layak disebut warga miskin, dan mereka yang seharusnya menerima subsidi tarif listrik. Di atas itu, siap-siap bayar tarif listrik non subsidi.
Sebenarnya isyarat penghapusan subsidi bagi masyarakat 'mampu' sudah diberikan sejak akhir 2016 (lihat gambar). Penyesuaian tarif itu hanya berlaku bagi pelanggan 900VA. Pelanggan 1300 VA ke atas sudah terlebih dulu bayar tarif non subsidi (makanya tidak benar kalau disebut ada perubahan TDL, wong yang lain tetap tarifnya). Ada 3 kali penyesuain tarif bagi pelanggan 900 VA. Penyesuain pertama bulan Januari 2017. Penyesuain kedua bulan Maret 2017. Penyesuaian terakhir Mei 2017. Makanya jangan heran kalau tagihan listrik yang dibayarkan pelanggan 900VA naik terus pada bulan-bulan itu. Apalagi Juni ini. Ya wajar wong subsidinya dicabuti. Mulai Mei tarif listrik anda adalah Rp 1.352/kWh, flat. Tidak lagi dipilah Blok I (30 kWh), blok II (30 kWh) dan blok III (di atas 60 kWh). Bahwa anda merasa listrik semakin mahal, lalu apa usaha anda untuk menguranginya? Protes di Facebook jelas gak akan mengurangi tagihan, selain hanya meluapkan emosi. Anda harus mengubah perilaku konsumsi listrik anda, kalau gak mau bayar mahal. Marilah kita hitung-hitung bagaimana perilaku kita mempengaruhi tagihan listrik di rumah.
Taruhlah kita punya peralatan TV, kulkas, setrika listrik, AC, ricecooker masing-masing satu. Ayo kita hitung. TV (daya 100 Watt, nyala 12 jam sehari, kebutuhan energi 100 W x 12 jam = 1,2 kWh sehari, sebulan Rp 1.352 x 1,2 kWh x 30 = Rp 47.472). Kulkas (daya 100 Watt, nyala 24 jam, kebutuhan energi 100 W x 2,4 kWh × 30, sebulan Rp 1.352 x 2,4 kWh x 30 = Rp 94.944). Setrika listrik (daya 350 Watt, nyala 2 jam sehari, kebutuhan energi 350W x 2 jam= 0,7 kWh perhari, sebulan Rp 1.352 x 0,7× 30 = Rp 28.392). AC 1 PK (daya 700 Watt, nyala 9 jam sehari, malam saja, kebutuhan daya 700W x 9 = 6,3 kWh, sebulan Rp 1.352 x 6,3 kWh x 30 = Rp 252.528). Ricecooker (daya 100 W, 3 jam sehari, kebutuhan energi 100 W x 3 jam = 0,3 kWh, sebulan Rp 1.352 x 0,3 × 30 = Rp 11.868). Total peralatan sebulan Rp 435.204. Itu baru peralatan 'standar'. Belum mesin cuci. Kipas angin (kadang punya AC tapi perlu kipas angin juga). Pompa air? Mixer? Blender? Lampu? Jelaslah bahwa semakin banyak peralatan listrik yang kita pakai, ya lumrah kalau tagihan listrik kita makin bengkak. Keluarga miskin dengan langganan 450VA jelas tidak akan pakai AC, setrika listrik, mesin cuci. Nah kalau anda punya peralatan listrik itu, malulah untuk mengklaim sebagai warga miskin yang perlu disubsidi.
Mungkin ada yang tanya, apa perlunya subsidi dikurangi? Pertama, ya karena subsidinya salah sasaran. Seperti subsidi BBM juga. Kedua, ingatlah belum semua rakyat Indonesia dapat listrik (apalagi listrik sebagus di Jawa yang tegangannya bagus sehingga tidak merusak peralatan dan sehari tidak mati lebih dari sekali). Rasio elektrifikasi tahun 2016 baru 90%. Target rasio elektrifikasi 2017 adalah 92%. Kalau subsidi salah sasaran itu diteruskan, kapan saudara kita yang di luar Jawa sana kebagian listrik? Jadi ini gak ada hubungannya dengan pemerintah yang kejam. Justru kalian yang egois, tidak memikirkan saudara kita yang belum kebagian listrik. Pelanggan 1300 VA ke atas udah lama bayar listrik mahal.
by Wisnu Ali Martono
Absolutely setuju sama Pak Wisnu
Tambahan dari saya pribadi
Di Facebook yang berseliweran komplain subsidi listri di cabut adalah seorang istri yang suaminya pegawai BUMN yang notabene gaji besar dan dan tunjangan yang seabrek abrek, seorang PNS di sebuah Kementrian yang basah, seorang istri yang suaminya punya usaha lumayan, yang kalo posting di FB selalu ke mall, makan ditempat mahal, shopping dll
Malu buu sama pedagang kecil, abang becak, saudara kita di Papua dan pedalaman Kalimantan yang belum ada listrik. Lo paket internet aja gak pernah putus beli, lah mereka buat makan aja susah.
Kurangin konsumsi berita hoax, jadi kurang juga gobloknya. .
Kenapa tagihan listrik saya mendadak naik tinggi sekali, padahal saya tidak menambah peralatan dan pola pemakaian listrik saya sama saja? Apakah pemerintah diam-diam menaikkan TDL (tarif dasar listrik)? Pertama, TDL tidak dinaikkan, apalagi dinaikkan diam-diam.
Kenaikan TDL itu dibahas dengan DPR. Jadi mustahil dinaikkan diam-diam. Kedua, tahukah bahwa kenaikan itu disebabkan oleh penyesuain subsidi yang selama ini dinikmati oleh 'bukan orang miskin'? Jika anda punya motor, mobil, rumah kost, usaha, pakai AC, punya kulkas, pakai setrika listrik, bisa piknik sampai luar negeri, bagaimana anda mengklaim sebagai warga miskin yang berhak dapat subsidi listrik? Rumah tangga sederhana yang hanya memakai listrik untuk penerangan dan TV, atau kipas angin dan cukup memakai daya 450VA masih layak disebut warga miskin, dan mereka yang seharusnya menerima subsidi tarif listrik. Di atas itu, siap-siap bayar tarif listrik non subsidi.
Sebenarnya isyarat penghapusan subsidi bagi masyarakat 'mampu' sudah diberikan sejak akhir 2016 (lihat gambar). Penyesuaian tarif itu hanya berlaku bagi pelanggan 900VA. Pelanggan 1300 VA ke atas sudah terlebih dulu bayar tarif non subsidi (makanya tidak benar kalau disebut ada perubahan TDL, wong yang lain tetap tarifnya). Ada 3 kali penyesuain tarif bagi pelanggan 900 VA. Penyesuain pertama bulan Januari 2017. Penyesuain kedua bulan Maret 2017. Penyesuaian terakhir Mei 2017. Makanya jangan heran kalau tagihan listrik yang dibayarkan pelanggan 900VA naik terus pada bulan-bulan itu. Apalagi Juni ini. Ya wajar wong subsidinya dicabuti. Mulai Mei tarif listrik anda adalah Rp 1.352/kWh, flat. Tidak lagi dipilah Blok I (30 kWh), blok II (30 kWh) dan blok III (di atas 60 kWh). Bahwa anda merasa listrik semakin mahal, lalu apa usaha anda untuk menguranginya? Protes di Facebook jelas gak akan mengurangi tagihan, selain hanya meluapkan emosi. Anda harus mengubah perilaku konsumsi listrik anda, kalau gak mau bayar mahal. Marilah kita hitung-hitung bagaimana perilaku kita mempengaruhi tagihan listrik di rumah.
Taruhlah kita punya peralatan TV, kulkas, setrika listrik, AC, ricecooker masing-masing satu. Ayo kita hitung. TV (daya 100 Watt, nyala 12 jam sehari, kebutuhan energi 100 W x 12 jam = 1,2 kWh sehari, sebulan Rp 1.352 x 1,2 kWh x 30 = Rp 47.472). Kulkas (daya 100 Watt, nyala 24 jam, kebutuhan energi 100 W x 2,4 kWh × 30, sebulan Rp 1.352 x 2,4 kWh x 30 = Rp 94.944). Setrika listrik (daya 350 Watt, nyala 2 jam sehari, kebutuhan energi 350W x 2 jam= 0,7 kWh perhari, sebulan Rp 1.352 x 0,7× 30 = Rp 28.392). AC 1 PK (daya 700 Watt, nyala 9 jam sehari, malam saja, kebutuhan daya 700W x 9 = 6,3 kWh, sebulan Rp 1.352 x 6,3 kWh x 30 = Rp 252.528). Ricecooker (daya 100 W, 3 jam sehari, kebutuhan energi 100 W x 3 jam = 0,3 kWh, sebulan Rp 1.352 x 0,3 × 30 = Rp 11.868). Total peralatan sebulan Rp 435.204. Itu baru peralatan 'standar'. Belum mesin cuci. Kipas angin (kadang punya AC tapi perlu kipas angin juga). Pompa air? Mixer? Blender? Lampu? Jelaslah bahwa semakin banyak peralatan listrik yang kita pakai, ya lumrah kalau tagihan listrik kita makin bengkak. Keluarga miskin dengan langganan 450VA jelas tidak akan pakai AC, setrika listrik, mesin cuci. Nah kalau anda punya peralatan listrik itu, malulah untuk mengklaim sebagai warga miskin yang perlu disubsidi.
Mungkin ada yang tanya, apa perlunya subsidi dikurangi? Pertama, ya karena subsidinya salah sasaran. Seperti subsidi BBM juga. Kedua, ingatlah belum semua rakyat Indonesia dapat listrik (apalagi listrik sebagus di Jawa yang tegangannya bagus sehingga tidak merusak peralatan dan sehari tidak mati lebih dari sekali). Rasio elektrifikasi tahun 2016 baru 90%. Target rasio elektrifikasi 2017 adalah 92%. Kalau subsidi salah sasaran itu diteruskan, kapan saudara kita yang di luar Jawa sana kebagian listrik? Jadi ini gak ada hubungannya dengan pemerintah yang kejam. Justru kalian yang egois, tidak memikirkan saudara kita yang belum kebagian listrik. Pelanggan 1300 VA ke atas udah lama bayar listrik mahal.
by Wisnu Ali Martono
Absolutely setuju sama Pak Wisnu
Tambahan dari saya pribadi
Di Facebook yang berseliweran komplain subsidi listri di cabut adalah seorang istri yang suaminya pegawai BUMN yang notabene gaji besar dan dan tunjangan yang seabrek abrek, seorang PNS di sebuah Kementrian yang basah, seorang istri yang suaminya punya usaha lumayan, yang kalo posting di FB selalu ke mall, makan ditempat mahal, shopping dll
Malu buu sama pedagang kecil, abang becak, saudara kita di Papua dan pedalaman Kalimantan yang belum ada listrik. Lo paket internet aja gak pernah putus beli, lah mereka buat makan aja susah.
Kurangin konsumsi berita hoax, jadi kurang juga gobloknya. .