Friday, 16 October 2015

SERAGAM BABY SITTER-Perlukah?

Pertanyaan itu menggelitik hati saya.Tik kitik kitik geli geli gimana gitu hehe...
Ketika saya pergi ke kawinan atau ke mall atau pernah di bandara,  saya beberapa kali ngeliat pasangan yang punya anak kecil kecil bawa nanny mereka atau babysitter, ada perasaan gimanaaaaaa gitu ngeliat babysitter nya pakai seragam.

Seragam, kalo bagi sebuah perusahaan adalah sebuah identitas.  Mengenakan seragam menjadi suatu kebanggaan bagi pemakainya, apalagi berada di dalam sebuah perusahaan yang bonafide atau berprestasi. terkadang seragam juga dapat menjadi media promosi.

Kembali lagi ke soal seragam babysitter. Seperti yang kita tahu, baju seragam babysitter biasanya di dominasi warna putih. Untuk bawahan ada yang celana panjang ada yang sebatas dengkul. dan kadang di bagian kerah dan lengan ada yang di kasih list warna pink atau biru.
Pokoke kalo di tengah tengah pasar atau keramaian, orang akan dengan mudah tahu bahwa itu adalah seorang babysitter hehe.
Untuk designernya sendiri sepertinya saya nggak tahu siapa hihihihi...
Tapi yang jelas dari warnanya yang putih, tujuannya(menurut saya hehehe)adalah biar keliatan bersih dan steril karena berhubungan dengan anak kecil atau bayi.
Tapi saya nggak tau apakah seragam baby sitter membuat bangga pemakainya ....

Tapiiiiii, tetep ada yang mengusik pikiran saya dengan seragam itu.
Dalam pandangan saya(dalam pandangan saya loh yaaa jangan marahhh), ketika di mall atau di acara acara keluarga dimana ada sekeluarga yang bawa baby sitter, saya ngeliat muka baby sitter itu kayak minder, tidak confidence dan nggak nyaman. Dan dia seperti di awasi karena bajunya yang spesial tadi. Nggak tau kalau menurut orang lain yaaa... tapi saya ngeliatnya gituu....Tapi mungkin juga karena emang si baby sitter aslinya orangnya minderan hehehe bukan karena bajunya.

Saya kadang kasian ngeliatnya. Udah gajinya kecil, kalo dia dari penyalur babysitter di potong pula, kerjaannya kadang ngerangkap, ngerjain pekerjaan rumah tangga juga plus make baju yang "spesial" pula yang buat mereka minder.

Pertanyaan yang muncul di benak saya ketika seseorang atau pasangan memutuskan untuk memakai seorang baby sitter yang berseragam adalah :
1. Apakah biar keliatan semua orang bahwa dia "babysitter"(bukan bagian keluarga) dan kita majikan? 
2. Sebuah prestise kah? 
3. Biar keliatan hygiene kah?
4. Biar keliatan modernkah? 
5. Biar keliatan bahwa si baby sitter adalah seseorang yang di gaji untuk mengasuh anak kita?
6. tolong dong di tambahin hehehe....




Ada human right yang terusik disitu . hmm dalemm . Apalagi kalau pagi sore malem dia pake seragam itu walaupun mungkin warnya beda beda, kayak gak punya kebebasan gitu ....

Tapi yaahhh..nasib manusia memang berbeda beda...Sungguh sangat beruntung ada orang yang punya banyak uang, berpendidikan, Sholat lima waktu, gemar menabung(lohh) dan tercapai semua keinginannya.
Tapi yah sayang juga jika kemudian dia mempertegas statusnya dengan membedakan tempat tidurnya, makanannya, pakaianya dan lebih disayangkan lagi jika dia mempertegas ke khalayak umum bahwa “yuhuuu....aku majikan lohh dan dia adalah pembantuku” dengan memberikan pakaian yang berbeda.



Kenapa sih kita harus  membedakan seseorang dengan mempertegas status seseorang dengan pakaian hiks hiks? sedihhhh...(nangis guling guling)

Saya sih alhamdulillah punya anak 4 gak pernah ada yang namanya baby sitter...selain karena gak mampu bayar hahaha saya rasa juga belum perlu.
Tarohlah anak pertama udah bujang, udah 3 SMP, tapi adek adeknya bo' masih krucil krucil...yang satu 6 th, 5 th dan 3 tahun..emejing kann.....
Tapi memang kalo saya kerja, anak saya yang kecil di asuh sama waknya(Ibu Tita) dan gak saya pakein seragam lohh hahahaa...yang dua lagi sama ayahnya yang ganteng. hehehe

Tapi emang sedikit repot kalo jalan ke mall, hadehhh yang lari lari, yang mau ke sini yang mau ke situ. tapi untung karena keseringan bokek jadi jarang ke mall hahaha....

Kalo di rumah sih gak jadi masalah... yang nangis yang coret coret dinding, yang numpahin air, yang mau belajar makan sendiri trus berantakan, yang berantem, itu udah biasa saya alamin. Dan saya gak perlu baby sitter segala hahaha...

Kebayang kan waktu umur mereka lebih kecil dari sekarang? lebih seru lagi pokoknya hehehe...


Yah segitu saja yang bisa saya tulis... tidak bermaksud mendiskreditkan siapa siapa. jangan tersinggung ya.


Gambar dari google


















Thursday, 15 October 2015

Matematika Kehidupan

Ada seorang sahabat, sebut saja namanya Hasan. Orangnya bersahaja. Ia punya “kebiasaan” yg menurut saya sangat langka.
Kalo beli sesuatu dari “pedagang kecil”, ia tidak mau menawar, bahkan seringkali jika ada uang kembalian, selalu diberikan pada pedagangnya.
Pernah suatu saat kami naik mobilnya, mampir di SPBU. Hasan berkata kpd Petugas SPBU: Tolong diisi Rp 90 ribu saja. Sang Petugas merasa heran. Iapun balik bertanya: “Kenapa tidak sekalian Rp 100 ribu pak ?”
“Tidak apa-apa, isi saja Rp 90 ribu,” balas Hasan.
Selesai diisi bensin, Hasan memberikan uang Rp 100 ribu. Sang petugas pun memberikan uang kembalian Rp 10 rib. Hasan berkata: “Gak usah, ambil saja kembaliannya.”
Sang petugas SPBU seperti tidak percaya. Ia pun berucap: “Terima kasih Pak. Seandainya semua orang spt Bapak, tentu hidup kami akan lebih sejahtera dengan gaji pas-pasan sebagai pegawai kecil”.
Saya tertegun dengan perilaku Hasan dan juga petugas tersebut.
Di dalam perjalanan, saya bertanya pada sahabat saya tersebut : “Sering melakukan hal seperti itu ?”
Hasan menjawab: “Sahabatku, kita tidak mungkin bisa mengikuti semua perintah Allah. Lakukanlah hal-hal kecil yang bisa kita lakukan di sekeliling kita, yang penting konsisten.
Kita tidak akan jatuh miskin jika setiap mengisi bensin kita bersedekah 10 ribu kepada mereka. Uang 10 ribu itupun tdk akan membuat dia kaya tapi yang jelas membantu dan membuat
hatinya bahagia.
Saudaraku...
Hiduplah setiap hari dengan matematika kehidupan...
mengalikan (x) kegembiraan,
mengurangi (-) kesedihan,
menambahkan (+) semangat,
membagi (÷) kebahagiaan, dan
menquadratkan cinta & kasih sayang antar sesama. (Sumber: http://arisfandito.tumblr.com/)